Saham Asia dan Minyak Mentah Naik, S&P 500 dan Nasdaq Turun

November 30, 2022 21:37

Meskipun data resmi dari China menunjukkan bahwa aktivitas pabrik menurun pada tingkat yang lebih cepat dari yang diperkirakan di bulan November, saham Asia sebagian besar naik pada hari Rabu, karena spekulasi terus berputar bahwa China akan membuka kembali ekonominya.

Indeks Hang Seng Hong Kong mengikuti kenaikan kemarin sebesar 5.24% dengan sesi positif liannya, tutup dengan naik 2.16% dan menjadikan keuntungan bulan November lebih dari 26%. Minyak mentah juga terus diuntungkan dari harapan pelonggaran pembatasan Covid, dengan Brent dan WTI naik pada Rabu pagi.

Kemarin di Wall Street, banyak saham China yang terdaftar di AS menikmati hari yang positif, dengan Alibaba dan JD.com naik masing-masing 5.25% dan 6.69%.

Namun, S&P 500 dan Nasdaq composite menutup sesi dengan lebih rendah, turun masing-masing sebesar 0.16% dan 0.59%, sementara Dow Jones berakhir datar, naik sebesar 0.01%.

Yang memberatkan S&P 500 dan Nasdaq adalah raksasa kelas berat Alphabet, Tesla dan Amazon, dengan masing-masing penurunan 0.90%, 1.14% dan 1.63%  tetapi yang paling memberatkan adalah perusahaan terbesar dunia, Apple, yang menutup sesi dengan turun sebesar 2.11%, menjadikan total penurunan selama tiga sesi terakhir sebesar 6.55%.

Harga saham Apple baru-baru ini berada di bawah tekanan akibat kekhawatiran pasokan dikarenakan tindakan lockdown yang ketat dan ketidakberdayaan sosial di China, di mana sebagian besar produk Apple diproduksi. Namun, sementara banyak aset yang diuntungkan kemarin dari spekulasi relaksasi kebijakan nol Covid China, penurunan Apple mencerminkan kekhawatiran bahwa kerusakan mungkin sudah terjadi.

Kemarin, analis Manajemen Aset TFI Ming-Chi Kuo menulis bahwa ia memperkirakan pengiriman total iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max pada kuartal ini akan lebih rendah 15-20 juta unit dari perkiraan. Perkiraan penurunan dalam pengiriman ini sebagian besar dikarenakan protes karyawan yang terjadi di Zhengzhou, pabrik iPhone bulan lalu.

Jika prediksi kekurangan ini akurat, ia bisa jadi pukulan besar bagi pendapatan Apple dalam apa yang secara tradisional merupakan kuartal terkuat mereka. Lebih lanjut, Kuo menulis bahwa penjualan yang terlewatkan ini bisa hilang sama sekali, daripada hanya ditangguhkan hingga saat pasokan pulih.

Ini menjelaskan mengapa Apple turun dalam beberapa sesi terakhir. Namun haruskah Apple panik tentang prospek jangka panjang?

Apple – Gambaran Besar

Sejauh tahun ini, saham Apple telah turun 20%. Sementara ini lebih jelas daripada penurunan S&P 500 yang lebih luas sebesar 17%, ia jauh lebih dangkal dari kehilangan yang diderita oleh saham teknologi kelas berat lainnya. Alphabet, Amazon, Tesla dan Meta Platforms, misalnya, masing-masing turun 34%, 45%, 49% dan 67% selama periode yang sama.

Sebagian dari alasan Apple adalah telah melewati badai ekonomi baru-baru ini dibandingkan dengan pesaingnya adalah kekuatan finansial yang luar biasa, sesuatu yang investor hargai lebih banyak pada periode ketidakpastian.

Produk stabil raksasa teknologi itu sangat popular di kalangan konsumen yang, setelah mereka terpikat ke dalam ekosistem Apple, mereka cenderung tidak beralih dan menjadi pelanggan setia yang menganggap gadget terbaru sebagai suatu kebutuhan. Akibatnya, Apple memiliki karakteristik yang patut ditiru untuk dapat menghasilkan aliran pendapatan yang andal.

Pada kuartal terakhir, Apple melaporkan pendapatan besar sebesar $20 miliar, menjadikan total pendapatan 12 bulan hampir $100 miliar. Pada akhir September 2022, perusahaan itu memiliki lebih dari $48 miliar tunai dan setara kas ditambah $121 miliar lebih lanjut dalam sekuritas yang tidak dapat dipasarkan saat ini.

Namun, investor masih harus waspada akan hambatan saat ini, paling tidak dari semua prospek ekonomi yang tidak pasti, yang kemungkinan terus menyebabkan volatilitas dalam jangka pendek. Lebih lanjut, sementara pandemi mungkin akan berakhir pada titik tertentu dan produksi akan kembali normal, masalah pasokan saat ini menyoroti betapa bergantungnya Apple pada China saat ini. 

Sumber: Admiral Markets MetaTrader 5 – Grafik Mingguan Apple. Rentang Data: 3 April 2016 – 29 November 2022. Tanggal Diambil: 30 November 2022. Kinerja masa lalu bukanlah indikator yang dapat diandalkan untuk hasil di masa depan.

 

Investasi dengan Admiral Markets

Dengan akun Invest.MT5 dari Admiral Markets, Anda dapat membeli saham di Apple dan lebih dari 3.000 perusahaan lainnya dari seluruh dunia. Klik banner di bawah untuk daftar akun hari ini:

Investasi di berbagai instrumen top dunia

Ribuan saham dan ETF ada di ujung jari Anda

Materi ini tidak mengandung dan tidak boleh ditafsirkan sebagai nasihat investasi, rekomendasi investasi, penawaran, atau ajakan untuk melakukan transaksi apa pun dalam instrumen keuangan. Harap dicatat bahwa analisis perdagangan seperti ini bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja saat ini atau di masa depan, karena keadaan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sebelum membuat keputusan investasi apa pun, Anda harus mencari saran dari penasihat keuangan independen untuk memastikan bahwa Anda mengerti risikonya.

Roberto Rivero
Roberto Rivero Penulis Keuangan, Admirals, London

Roberto menghabiskan 11 tahun merancang sistem trading dan pengambilan keputusan untuk trader dan manajer investasi, serta 13 tahun lagi di S&P, bekerja dengan investor profesional.