Prospek Inflasi Global Q4 – Lebih Baik atau Lebih Buruk?

Agustus 15, 2022 22:46

Saat mendekati akhir kuartal ketiga, trader dan investor tidak diragukan lagi bertanya-tanya tentang apakah prospek inflasi untuk kuartal terakhir akan lebih baik atau lebih buruk. Berbagai potongan teka-teki inflasi global akan mempengaruhi perkembangan saat kita menuju akhir tahun yang penuh tantangan ini.

Tingkat pertumbuhan dan inflasi di Inggris bergerak ke arah berlawanan setelah ekonomi berkontraksi sebesar 0.1 persen di Q2 dibandingkan dengan ekspansi sebesar 0.8 persen di Q1. Tingkat inflasi menyentuh tertinggi 9.4 persen di bulan Juni tetapi pasar kerja yang kuat mencegah terjadinya stagfalasi. Tampaknya konsumen dan bisnis akan terus menghadapi pengetatan kebijakan moneter dalam bentuk tingkat suku bunga yang lebih tinggi di kuartal keempat.

Gambarnya berbeda di AS, di mana inflasi berkurang menjadi 8.5 persen di bulan Juli dari 9.1 persen di bulan Juni. Saat Inggris berada di ambang resesi teknis, AS sudah berada di resesi. Ada satu kesamaan antara Inggris dan AS, yaitu pasar tenaga kerja, keduanya berkinerja baik selama kuartal kedua dan ketiga. Kesamaan lainnya dalah kebijakan hawkish bank sentral dan lingkungan kenaikan suku bunga yang tampaknya akan berlaku hingga akhir tahun.

Ekonomi Eropa tampaknya akan memiliki lebih sedikit penurunan terhadap pertumbuhan PDB dibandingkan dengan AS dan Inggris, tetapi inflasi mencapai 9.6 persen di bulan Juli. ECB adalah bank dengan pendirian hawkish terakhir di antara tiga bank sentral itu, yang memilih untuk melindungi pertumbuhan pasca COVID dan bergerak lebih lamban terhadap suku bunga yang lebih tinggi. Namun, ECB kemungkinan akan melakukan penetapan moneter di kuartal keempat dan pasar tenaga kerja blok itu relatif kuat, artinya bank sentral itu bisa menjadi semakin hawkish.

Saat Eropa, AS, dan Inggris berada dalam siklus inflasi yang lebih tinggi, China mulai mengalami kenaikan inflasi di atas tingkat aman 2 persen. Inflasi naik menjadi 2.7 persen di bulan Juli versus 2.5 persen di bulan Juni, tetapi angka pengangguran relatif rendah di 5.5 persen. Pertumbuhan lemah, setelah turun dari 4.8 persen di kuartal pertama menjadi 0.4 persen di kuartal kedua. Jika China terus menurun di tengah naiknya inflasi, ini akan menekan pengeluaran konsumen dan investasi.

Melihat gambaran besarnya, tampak bahwa hambatan inflasi akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mereda. Selera risiko investasi berkurang setiap putaran kenaikan suku bunga dan membutuhkan beberapa saat untuk pulih kembali. Di pasar mata uang, sentimen investor tampaknya akan terus waspada dan berpusat di sekitar trading safe haven USD dan Yen sampai inflasi menunjukkan risiko yang lebih kecil.

Terakhir, geopolitik berperan kuat karena AS menuju pemilu dan konflik di Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Risiko geopolitik menambah prospek ekonomi yang beragam, artinya bahwa investor dan trader haru tetap waspada terhadap tren yang memburuk dalam tolak ukur utama inflasi, pertumbuhan dan lapangan pekerjaan.

Berlatih trading di akun demo bebas risiko dari Admiral Markets. Klik banner di bawah untuk daftar hari ini!

Akun Demo Bebas Risiko

Daftar akun demo online gratis dan kuasai strategi trading Anda

Materi ini tidak mengandung dan tidak boleh ditafsirkan sebagai nasihat investasi, rekomendasi investasi, penawaran, atau ajakan untuk melakukan transaksi apa pun dalam instrumen keuangan. Harap dicatat bahwa analisis perdagangan seperti ini bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja saat ini atau di masa depan, karena keadaan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sebelum membuat keputusan investasi apa pun, Anda harus mencari saran dari penasihat keuangan independen untuk memastikan bahwa Anda mengerti risikonya.

Sarah Fenwick
Sarah Fenwick Penulis Keuangan

Sarah Fenwick memiliki latar belakang jurnalisme dan komunikasi. Sebelumnya ia bekerja sebagai koresponden yang meliput berita untuk Bursa Efek Swiss dan ia telah menulis tentang keuangan dan ekonomi selama 15 tahun.